Dan kepunyaanNya lah bahtera-bahtera yang tinggi layarnya di lautan laksana gunung-gunung. Syair Imam Syafi'i : "Ilmuku selalu bersamaku kemana aku pergi, kalbuku yang telah menjadi gudangnya bukan lagi peti2 bila aku berada di rumah ilmuku pun bersamaku pula di rumah, dan bila aku di pasar ilmuku pun berada di pasar "
" Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang menciptakan, Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah, Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha Pemurah, Yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam, Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya "QS:Al 'Alaq :96 (ayat 1-5) Dengan memberi perhatian kau berpeluang memperoleh lebih dari sebuah perhatian, dgn sabar kau akan mendapatkan lebih dari apa yg kamu harapkan, :)...

Other Link

Pendidikan

Meredupnya Pamor IQ
"Sementara psikometrika menawarkan daya tarik semu fakta obyektif, sains baru membawa kita kembali ke dalam kontak dengan sastra, sejarah, dan kemanusiaan, dan pada akhirnya ke keunikan individu." ("The Waning of IQ", David Brooks, IHT, 15-16/9/2007).
Hingga hari ini pun masih banyak orangtua yang mengharapkan anak-anaknya pintar, terlahir dengan IQ (intelligence quotient) di atas level normal (lebih dari 100). Syukur-syukur kalau bisa jadi anak superior dengan IQ di atas 130. Harapan ini tentu sah saja. Dalam paradigma IQ dikenal kategori hampir atau genius kalau seseorang punya IQ di atas 140. Albert Einstein adalah ilmuwan yang IQ-nya disebut-sebut lebih dari 160.
Namun, dalam perjalanan berikutnya orang mengamati, dan pengalaman memperlihatkan, tidak sedikit orang dengan IQ tinggi, yang sukses dalam studi, tetapi kurang berhasil dalam karier dan pekerjaan. Dari realitas itu, lalu ada yang menyimpulkan, IQ penting untuk mendapatkan pekerjaan, tetapi kemudian jadi kurang penting untuk menapak tangga karier. Untuk menapak tangga karier, ada sejumlah unsur lain yang lebih berperan. Misalnya saja yang mewujud dalam seberapa jauh seseorang bisa bekerja dalam tim, seberapa bisa ia menenggang perbedaan, dan seberapa luwes ia berkomunikasi dan menangkap bahasa tubuh orang lain.
Unsur tersebut memang tidak termasuk dalam tes kemampuan (aptitude test) yang ia peroleh saat mencari pekerjaan. Pertanyaan sekitar hal ini kemudian terjawab ketika Daniel Goleman menerbitkan buku Emotional Intelligence: Why It Can Matter More Than IQ (1995). Sebelumnya, para ahli juga telah memahami bahwa kecerdasan tidak semata-mata ada pada kemampuan dalam menjawab soal matematika atau fisika. Kecerdasan bisa ditemukan ketika seseorang mudah sekali mempelajari musik dan alat-alatnya, bahkan juga pada seseorang yang pintar sekali memainkan raket atau menendang bola.
Untuk yang terakhir ini orang mudah mengingat karya Howard Gardner yang mengemukakan Teori Kecerdasan Berganda (Multiple Intelligences) dalam bukunya Frames of Mind: The Theory of Mutiple Intelligences (Basic Books, 1983). Buku Gardner tampak berpengaruh besar karena setelah itu banyak pendidik yang lalu mengubah cara mengajarnya. Teori Gardner juga mengubah cara orang memandang IQ, dan juga persepsi tentang "menjadi pintar". Mungkin perubahan paling penting ada pada cara pandang guru terhadap murid. Setelah itu guru memberikan perhatian lebih besar terhadap apa yang bisa dikerjakan lebih baik oleh murid, dan bukan pada apa yang tidak bisa mereka kerjakan.
Buku-buku berikut Gardner, seperti The Unschooled Mind: How Children Think and How Schools Should Teach (Basic Books, 1991) dan Multiple Intellligences: The Theory in Practice (Basic Books, 1993) memberikan gambaran lebih jauh tentang bagaimana kecerdasan berganda bisa membuat para guru mengajar dan mengevaluasi murid dengan cara baru dan lebih baik (education world.com, 16/2/1998).
Dalam Frames of Mind, Gardner, guru besar di Universitas Harvard, menyebut tujuh macam kecerdasan : kecerdasan linguistik (kecakapan dan kepekaan terhadap arti dan tata kata-kata); kecerdasan logika-matematika (kecakapan dalam matematika dan sistem logika kompleks lainnya); kecerdasan musikal (untuk memahami dan mencipta musik); kecerdasan spasial (kecakapan "berpikir dalam gambar", untuk memahami dunia visual secara akurat, lalu mencipta kembali (re-create) atau mengubah (alter) dalam pikiran atau di atas kertas. Kecerdasan spasial berkembang besar pada seniman, arsitek, perancang, dan pematung.
Kecerdasan yang kelima adalah kecerdasan tubuh-kinestetik yang diperlihatkan dalam kemampuan menggunakan tubuh dengan terampil, baik untuk ekspresi diri maupun untuk mencapai satu tujuan. Penari, pemain sepak bola, aktor, termasuk sosok yang memperlihatkan jenis kecerdasan ini. Yang keenam adalah kecerdasan antarpribadi (interpersonal), yakni kecakapan untuk memahami individu lain - suasana hati, keinginan, dan motivasinya. Pemimpin politik dan agama, orang tua dan guru yang arif, juga penyembuh, banyak menggunakan jenis kecerdasan ini. Lalu yang ketujuh adalah kecerdasan intrapersonal, yakni kecakapan untuk mengerti emosi sendiri. Sejumlah konselor, juga novelis, menggunakan pengalaman pribadi untuk membimbing orang lain.
Kecerdasan kedelapan kemudian dimunculkan Gardner dalam percakapan dengan Kathy Checkley dalam satu wawancara Kepemimpinan Edukasional. Yang dimaksud di sini ternyata kecerdasan lingkungan (naturalis), yakni kecakapan untuk mengenali dan menggolong-golongkan tanaman, mineral, dan binatang, juga batuan dan rerumputan, atau flora dan fauna secara umum. Kemampuan untuk mengenali artifak budaya boleh jadi juga masuk dalam kecerdasan naturalis ini. Tentu saja sosok yang pasti unggul dalam hal ini adalah Charles Darwin.
IQ meredup
Dalam lingkup yang lebih luas itu, IQ - yang dalam satu masa pernah menjadi metode andal untuk menangkap kemampuan mental seseorang - kini tampak meredup. Dengan IQ, dulu banyak diyakini orang terlahir dengan ukuran cc mesin pengolah informasi tertentu. Yang pintar punya Daya Kuda lebih besar daripada yang rata-rata. Sayangnya, kemudian diketahui masih ada yang belum memuaskan dengan IQ. Di luar penjelasan Gardner itu, orang sulit berkonsensus tentang kecerdasan. Ada yang berpendapat kecerdasan adalah kemampuan menyesuaikan diri terhadap lingkungan, dan lainnya beranggapan kecerdasan adalah kemampuan untuk berpikir secara abstrak, dan seterusnya.
Lalu ada pola aneh dalam paham itu. Misalnya, pada abad lalu, rata-rata IQ naik dengan laju 3 sampai 6 poin per dekade. Gejala yang dikenal sebagai Efek Flynn ini terukur di banyak negara dan berlaku untuk semua kelompok usia (David Brooks, "The Waning IQ", IHT, 15-16/9/2007). Catatan lain adalah IQ banyak dipengaruhi oleh lingkungan. Seseorang yang tumbuh di kehidupan miskin membuat kecerdasannya tumbuh buruk, kata Eric Turkheimer dari Universitas Virginia. Hal yang sama juga terjadi jika seseorang tumbuh dalam lingkungan yang secara emosional menekan.
Dengan berbagai catatan yang ada, IQ oleh Brooks disebut sebagai kotak hitam, yang bisa mengukur sesuatu, tetapi tidak jelas apa itu. Ia juga tak bisa digunakan untuk meramalkan apa yang akan dilakukan seseorang dalam hidupnya. Para peneliti dewasa ini lalu mengalihkan perhatian, tidak lagi pada kekuatan otak semata. Menilai kecerdasan kini sudah tak lagi seperti mengukur tenaga kuda dalam sebuah mesin, tetapi lebih seperti menonton balet. Kecepatan dan kekuatan yang diperlihatkan penari adalah bagian dari kecerdasan, dan unsur itu bisa diukur secara numerik. Namun, intisari aktivitas balet hanya ditemukan dalam irama gerak, keanggunan, dan kepribadian, sifat yang merupakan produk campuran dari emosi, pengalaman, motivasi, dan keturunan.
Riset otak mutakhir, kata Brooks, sudah tidak lagi mereduksi segala hal ke dalam impuls listrik dan denyut yang bisa dikuantifikasi, tetapi pada segi yang justru meningkatkan penghargaan orang terhadap kompleksitas dan keragaman manusia. Tampak bahwa IQ memang masih jauh dari mencukupi untuk memersepsikan seseorang. Potensi yang dikandung pada individu ber-IQ tinggi rupanya masih perlu dilengkapi dengan kecerdasan lain untuk menciptakan sukses tidak saja dalam karier, tetapi juga dalam kehidupan.









Kisah Theodore F. Stoddard 
Namanya Ny. Thompson. Ia berdiri di depan ruang kelas 5 pada hari pertama tahun pengajaran dan berbohong kepada murid-muridnya. Seperti kebanyakan pengajar, ia memandang ke seluruh murid dan berkata bahwa ia memperhatikan seluruh murid dengan adil. Tetapi hal itu tidak mungkin, karena di barisan depan ada seorang anak yang duduk dengan menggelesot. Namanya Teddy Stoddard.
Ny. Thompson sudah mengawasi Teddy setahun sebelumnya dan ia memperhatikan bahwa dia tidak bisa bermain dengan baik dengan anak-anak yang lain karena bajunya morat marit dan terlihat selalu perlu untuk dimandikan. Dan Teddy bisa jadi tidak suka. Itu semua mendapat penilaian, dimana Ny. Thompson kenyataannya akan memberikan tanda khusus di laporan Teddy  dengan tinta merah besar, membuat X tebal dan memberi tanda F besar di atas kertas laporan Teddy.
Di sekolah tempat Ny. Thompson mengajar, ia diminta untuk melihat ulang catatan murid-muridnya di tahun sebelumnya, dan ia membiarkan cacatan Teddy di giliran terakhir. Saat membaca catatan Teddy ia terkejut.
Guru kelas satu Teddy menulis, Teddy adalah anak yang cemerlang dan ceria. Ia mengerjakan perkerjaannya dengan rapi dan memiliki hal-hal yang baik. Ia membawa kegembiraan bagi sekitarnya. Guru kelas duanya menulis, Teddy adalah murid yang sempurna, sangat disukai oleh seluruh temannya, tetapi ia terganggu karena ibunya sakit stroke dan untuk tinggal di rumah adalah suatu perjuangan bagi Teddy.
Guru kelas tiganya menulis, Ia mendengar kematian ibunya. Ia berusaha untuk melakukan yang terbaik, tetapi ayahnya tidak menunjukkan ketertarikannya dan kehidupan di rumah akan segera mempengaruhinya jika tidak ada langkah-langkah yang dilakukan. Guru kelas empat Teddy menulis, Teddy menjadi mundur dan tidak tertarik ke sekolah. Ia tidak punya banyak teman dan terkadang tertidur di kelas.
Setelah itu, Ny. Thompson menyadari masalahnya dan dia malu terhadap dirinya sendiri. Ia merasa tidak enak ketika murid-muridnya membawa hadiah natal, dibungkus dengan pita-pita yang indah dan kertas yang menyala, kecuali pemberian Teddy. Hadiah dari Teddy kumal bentuknya dan dibungkus dengan kertas coklat yang diambil dari tas belanja.
Ny.Thompson dengan terharu membuka kado Tedy ditengah-tengah kado yang lain. Anak-anak mulai tertawa saat ia menemukan gelang batu dimana beberapa batunya hilang, dan sebuah botol yang berisi parfum setengahnya. Tetapi ia menyuruh murid-muridnya diam dan menyatakan bahwa gelang pemberian Teddy sangat indah, serta mengoleskan parfum di pergelangan tangannya.
Setelah sekolah usai, Teddy Stoddard tetap tinggal, menunggu cukup lama untuk mengatakan, Ny. Thompson, hari ini bau wangi anda seperti ibu saya. Setelah murid-muridnya pergi, Ny.Thompson menangis hampir selama satu jam. Hari berikutnya Ny. Thompson berhenti untuk mengajar membaca, menulis dan aritmatika. Sebagai gantinya ia mulai mengajar anak didiknya.
Ny. Thompson memberi perhatian khusus kepada Teddy. Selama bekerja dengannya, pikiran Teddy mulai hidup. Semakin ia mendorong Teddy, semakin cepat Teddy memberikan tanggapan. Di akhir tahun, Teddy menjadi anak terpandai di kelas, akan tetapi Ny. Thompson jadi berbohong dengan mengatakan bahwa ia akan memperhatikan murid-muridnya secara adil, karena Teddy telah menjadi murid kesayangannya.
Satu tahun berlalu, Ny. Thompson menemukan sebuah surat dibawah pintu dari Teddy, yang mengatakan bahwa ia adalah guru terbaik yang pernah dimiliki sepanjang hidupnya.
Enam tahun berlalu sebelum ia menerima surat yang lain dari Teddy. Ia menulis sudah menamatkan SMU, ranking tiga di kelas, dan Ny. Thompson tetap guru terbaik yang pernah dimiliki sepanjang hidupnya.
Empat tahun berikutnya, ia menerima surat yang lain, mengatakan bahwa saat orang memikirkan banyak hal, ia tetap tinggal di sekolah dan mempertahankannya, dan segera lulus dari akademi dengan penghargaan tertinggi. Dia meyakinkan Ny. Thompson, bahwa dia tetap guru yang disukai dan paling baik yang pernah dimiliki sepanjang hidupnya.
Kemudian empat tahun berlalu dan surat yang lain datang lagi. Saat ini dia menjelaskan setelah menyelesaikan gelar sarjananya, dia memutuskan untuk melanjutkan sedikit lagi. Surat itu menjelaskan bahwa Ny. Thompson tetap guru yang disukai dan paling baik yang pernah dimiliki sepanjang hidupnya. Tetapi namanya telah sedikit lebih panjang, surat ditandatangani oleh Theodore F. Stoddard, MD.
Kisahnya tidak berakhir disini. Masih ada surat lagi pada musin semi itu. Teddy berkata bahwa ia bertemu dengan seorang gadis dan merencanakan untuk menikah. Ia mengatakan bahwa ayahnya telah meninggal beberapa tahun yang lalu dan dia berharap Ny. Thompson bersedia duduk di kursi yang biasanya disediakan untuk ibu pengantin. Tentu saja Ny. Thompson bersedia.
Dan coba tebak apa berikutnya ?. Ny. Thompson mengenakan gelang batu dimana beberapa batunya telah hilang. Dan ia memastikan memakai parfum yang diingat Teddy dipakai ibunya pada Natal sebelumnya bersama-sama. Mereka berpelukan dan Dr. Stoddard berbisik di telinga Ny. Thompson, "Terima kasih Ny. Thompson, anda mempercayai saya. Terima kasih karena sudah membuat saya merasa begitu penting dan memperlihatkan bahwa saya dapat membuat perubahan".
Ny. Thompson dengan air mata berlinang, balik berbisik. Ia berkata, "Teddy, semua yang kamu katakan keliru. Kamu adalah orang yang telah mengajari bahwa aku dapat membuat perubahan. Aku sungguh-sungguh tidak tahu bagaimana caranya mengajar sampai bertemu denganmu".
Hangatkan hati seseorang hari ini. Tolong ingatlah bahwa kemana pun kamu pergi, apa pun yang kamu lakukan, kamu akan punya kesempatan untuk menyentuh atau merubah diri seseorang. Cobalah lakukan hal itu dengan cara yang positif. Teman adalah malaikat yang mengangkat kita ke atas kaki kita, saat sayap kita bermasalah untuk mengingat bagaimana caranya terbang.